Dewasa ini Radio
broadcasting sebagai salah satu media penyiaran, menempati posisi cukup
penting dalam ikut mencerdaskan kehidupan umat manusia. Radio baik yang
bermodulasi AM (Amplitude Modulation) maupun FM (Frequency
Modulation) semakin dirasakan sebagai sarana yang efektif untuk
menyampaikan berita-berita maupun informasi penting dalam kehidupan kita
sehari-hari. Radio semakin dapat dijadikan saksi untuk berbagai
peristiwa dalam interaksi kehidupan umat manusia modern.
Salah satu penyebabnya
adalah semakin berkembangnya perangkat penerima (radio receiver)
yang berkualitas, namun harga semakin terjangkau, sehingga hampir semua
lapisan masyarakat, baik yang hidup di kota-kota besar, di daerah
pinggiran kota maupun di pedesaan dan bahkan di daerah pegunungan mampu
untuk memilikinya, semakin tinggi populasi penyebaran pesawat penerima
radio maka dengan sendirinya akan memperluas daerah cakupan dan akan
meningkatkan pangsa pasar bisnis siaran radio (radio broadcasting)
ini.
Kualitas suara radio FM lebih baik
Kita
mengetahui bahwa kualitas suara radio FM lebih baik dibanding radio AM.
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh proses modulasi non linear (non
linear modulation) yang diterapkan dalam radio FM membuatnya lebih
tahan terhadap gangguan noise. Disamping itu, FCC (Federal
Communications Commission) telah mengijinkan penggunaan transmisi
stereo (stereophonic transmission) untuk pita siaran FM
komersial, yang mengalokasikan lebar pita (bandwidth) sebesar 15KHz,
lebih lebar dibanding AM yang hanya 5 kHz. Dengan menggunakan transmisi
stereophonic ini, signal informasi secara longgar dibagi ke dalam dua audio
channel kiri (left / L) plus kanan (Right / R) dengan
rentang 50 Hz sampai 15kHz dilengkapi dengan 19kHz stereo pilot tone
untuk keperluan identifikasi di sisi penerimaan.
Agar pendengar dapat memperoleh kualitas stereo secara
optimal, maka dalam sistem transmisi FM stereo dimungkinkan suatu
proses dimana suara L dan R secara utuh dapat dipancar terimakan.
Caranya adalah dengan mengikutsertakan pengiriman sinyal (L-R)
sedemikian rupa, sehingga di sisi pesawat penerima (receiver)
dapat dilakukan proses rekonstruksi audio L dan R melalui proses matrix,
dengan hasil yang lebih sempurna. Proses yang dilakukan adalah dengan
me-multiplexing sinyal (L-R) ke dalam carrier utama dan
menggunakannya untuk memodulasi suatu SUB carrier yang ditempatkan pada
frequency 38 kHz. Teknik modulasi seperti ini dikenal dengan istilah Double
Side Band Suppressed Carrier (DSB-SC). Cara ini memberikan suatu
tambahan sinyal lower side band dari 23 kHz sampai 38 kHz (20 Hz
di bawah 38kHz) dengan lebar pita 15kHz. Suatu pilot carrier
pada frekuensi 19kHz memungkinkan pesawat penerima me recover
fasa frekensi dengan tepat pada 38kHz sehingga proses recovery
sinyal L dan R secara langsung dari composite stereo (L+R) + pilot
carrier 19kHz + (L-R) dapat dilakukan. Disamping itu, beberapa stasiun
radio siaran juga mentransmisikan extra carrier 67 kHz berupa
sinyal Subsidiary Communications Authorization (SCA) audio yang
menempati spectrum frekuensi 60 – 74 (81) kHz.
Bila
para pendengar radio hanya memiliki mono receiver, maka walaupun
total baseband (50Hz – 53kHz) dapat diterima, namun hanya channel
spectrum 50 – 15 kHz (L+R) (mono) saja yang dikuatkan dan
dikirim ke speaker. Stereophonic receiver menyediakan demodulator
stereo dengan lebar kanal 23 – 53 kHz (L-R), dua audio amplifier
yang terpisah L dan R dan mengirim singal audio secara terpisah ke
masing-masing speaker L dan R (Stereo Audio).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar